Sabtu, 23 Februari 2013

Jangan Jadi Guru Jika....... (2)


 JIKA ANDA TIDAK MEMILIKI KASIH SAYANG

HASIL survei terhadap berbagai tindakan kekerasan terhadap anak di lingkungan sekolah masih tinggi. Survei yang dilakukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), menunjukkan sepanjang tahun 2012, tingkat kekerasan di sekolah mencapai 87,6 persen. Dari 1.026 anak yang menjadi responden, 87,6 persen anak mengaku mengalami tindak kekerasan di lingkungan sekolah dalam berbagai bentuk. Dari jumlah responden yang mengaku mengalami kekerasan, sebanyak 29,9 persen dilakukan oleh guru.

Miris rasanya membaca hasi survey tersebut, dikarenakan seharusnya guru menjadi teladan dalam mencontohkan hidup berkasih sayang. 

Kasih sayang sesungguhnya lahir dari rasa cinta. Ar Rahman dan Ar Rahiim adalah nama Allah yang menunjukkan sifat Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ar Rahiim, nama yang sama dengan tempat kita 9 bulan sebelum lahir ke dunia. Sebuah tempat yang sangat nyaman dan aman. Maka guru yang memiliki rasa kasih sayang, harus memberikan rasa nyaman dan aman bagi perkembangan anak.

Permasalahan kekerasan yang dilakukan oleh seorang guru banyak di sebabkan oleh permasalahan guru yang tidak mampu di kelola sehingga menggangu sisi emosional guru. Maka hal yang terpenting bagi seorang guru adalah kemampuan mengelola masalahnya sehingga tidak menganggu tugasnya sebagai seorang guru. Ketidak pahaman guru akan perkembangan anak juga salah satu hal yang menyebabkan banyaknya kekerasan yang dilakukan oleh guru

Bagi seorang guru, sifat kasih sayang menjadi hal yang mutlak harus dimiliki. Seorang guru akan menghadapi sekian banyak anak  yang karakternya berbeda-beda satu sama lain, sehingga jika tidak memiliki rasa kasih sayang maka, mana mungkin guru mampu membangun kepribadian anak.

Dalam aktifitas keseharian kasih sayang di tunjukkan dengan senantiasa berbagi kebahagiaan. Tugas guru sejatinya bukan hanya untuk mengajar dan transfer ilmu pengetahuan, karena sesungguhnya sel otak yang Allah ciptakan kepada seorang anak manusia jumlahnya milyaran sel yang menandakan setiap anak adalah cerdas. Tugas guru adalah membantu sementara tugas orang tua mendidik anak dengan senantiasa mentransfer semangat sehingga anak-anak memiliki motivasi untuk belajar, mencari tahu dan menerapkan pengetahuan dalam kehidupan. 

Rasulullah Bersabda :
“Orang-orang yang penyayang maka Dzat yang Maha Rahman akan menyayangi mereka. Oleh karena itu, sayangiah sesama penghuni bumi. Dengan demikian yang ada di langit akan menyayangi kalian.

Dalam aktifitas keseharian, tingkah polah anak-anak sesungguhnya guru yang terbaik bagi kita, hanya terkadang ketidaksabaran dan ketidakmengertian kita menyebabkan anak-anak mendapat label “nakal.”

Dalam sebuah aktifitas kelas, seorang guru sedang mengajak anak-anak untuk berdiskusi. Seperti fitrahnya, anak-anak berebut untuk berbicara, “saya pak… saya pak…” Pak guru memberikan kesempatan setiap anak untuk mengemukakan pendapatnya. Ada sih pendapat yang benar, tapi tak sedikit pendapat yang belum tepat. Ketika menghadapi yang belum tepat, bapak guru tak langsung menyalahkan, tapi membangun komunikasi sehingga siswa memahami yang di diskusikan.

Suatu kali pak Ruslan terjatuh dari kursi yang di tarik oleh salah seorang siswa. Saat itu ada rasa tidak nyaman. But the show must go on, pak Ruslan bilang “siapa yang tertawa,” semua anak yang tertawa diam karena khawatir di marahi. “Siapa yang tertawa, akan bapak tambah pointnya,” maka saat itu anak-anak yang khawatir menjadi tertawa bersama-sama.” Dan anak yang belum kontrol sehingga menyebabkan pak Ruslan jatuh di ajak berkomunikasi setelah aktifitas tahfidz selesai. 

Bentuk kasih sayang seorang guru adalah dengan menahan rasa marahnya sehingga mampu mengendalikan emosinya dan mampu menyelesaikan masalah anak dengan berdiskusi dengan anak dan mencari jalan keluar. Kesabaran yang di tunjukkan oleh guru adalah pembelajaran terbaik dalam mengajarkan makna sabar dan menahan marah.

Guru yang memiliki kasih sayang senantiasa meluruskan kesalahan anak dengan kasih sayang pula. Saat salah seorang siswa kelas 1 membawa makanan yang dikenal dengan rambut nenek dengan warna yang mencolok, bunda guru mengajak Caca bicara secara pribadi, “maaf Caca, sepertinya makanan yang Caca bawa, tidak sehat, sebaiknya tidak di makan lagi ya.”

Pada anak-anak usia di bawah tujuh tahun, pengaliran terus informasi tentang banyak hal harus terus dilakukan. Setiap kesalahan harus di luruskan, mendiskusikan masalah dengan anak akan membangun kemampuan anak berfikir. 

Memahami anak bukan berarti selalu menurutinya. Bentuk kasih sayang seorang guru juga dengan memberi pengertian bahwa setiap tindakan ada konsekuensinya. Maka jika anak tak mau makan, konsekuensinya lapar. Anak terlambat masuk sekolah, konsekuensinya malu dan terlambat mengikuti semua aktifitas di kelas. Anak mengabaikan, maka ia harus siap di abaikan.
Guru yang memiliki kasih sayang harus memiliki kemampuan untuk memahami perkembangan anak sehingga dapat memperlakukan anak sesuai dengan usia perkembangannya.
Guru yang sayang kepada siswanya akan selalu merindukan perjumpaan dengan para siswanya. Hari senin adalah hari yang di rindukan, karena hari senin adalah saat-saat bertemu dengan teman-teman kecil. Guru yang mengajar dengan kasih sayang selalu mengajar dengan hatinya. Guru yang selalu mengajar dengan hati akan selalu memandang anak-anak dengan positif dan guru yang mengajar dengan hati akan selalu mengatakan :

“Saya Bukan Sedang Mengajar. Tapi Saya Sedang Berbagi Kebahagiaan”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar