Sabtu, 04 Februari 2012

Belajar Matematika dan Sosial dalam Permainan Congklak

Permainan congklak, permainan yang kelihatannya sudah kuno jika dibandingkan dengan berbagai permainan modern. Mungkin tak banyak lagi anak-anak yang memainkan permainan ini. Permainan ini terdiri dari congklak dan bijinya. Lubang congklak bervariasi ada yang memiliki lubang enam, tujuh, delapan atau sembilan di masing-masing sisinya. Bahkan saat ini ada congklak yang bisa di atur berapa lubang yang di butuhkan.
Congklak memberikan banyak manfaat kepada anak-anak untuk membantu konsep berhitungnya. Alat-alat yang dibutuhka dalam permainan congklak adalah sebuah papan congklak dengan 16 buah lubang (14 buah lubang kecil an 2 buah lubang besar yang terletak di ujung kanan dan kirinya), serta 98 buah biji congklak.  Walau saat ini  banyak congklak dengan berbagai model, ada yang 14 lubang, bahkan ada congklak yang bisa kita atur jumlah lubang yang diinginkan.

Biji congklak yang umumnya digunakan adalah sejenis cangkang kerang, jika tidak ada kita bisa menggunakan biji tumbuh-tumbuhan. Bahkan di pedesaan ada yang memainkan permainan ini dengan cara menggambar papan congklak di tanah menggunakan kapur, sedangkan bijinya menggunakan batu-batuan kecil. Permainan congklak dimainkan dengan 2 orang pemain, yang saling berhadapan.

Congklak membantu anak memahami konsep  bilangan, ia belajar mengestimasi dan menyusun strategi agar bisa mengisi sebanyak-banyaknya lubang besar miliknya. Anak memperhitungkan mana jalan yang paling menguntungkan baginya. Saat memilih lubang mana yang akan diambil, ia belajar mengambil keputusan dan menanggung resiko atas keputusannya. Melalui congklak anak juga belajar tentang konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian bahkan pembagian. Anak bukan hanya belajar berhitung tapi anak mengasah kemampuan logikanya.

Anak juga belajar menyelesaikan masalah, karena saat bermain bukan hanya yang baik-baik saja karena kadang ada anak yang curang. Karena anak yang curanglah anak kita belajar mempertahankan haknya dengan cara komunikasi yang baik. Anak-anak belajar saling menghormati dan menerima kekalahan sebagai bentuk kemenangan karena sudah bisa berlapang dada saat ia kalah. Dan belajar rendah hati dan merasakan perasaan kecewa (empati) kepada teman yang kalah.

Begitu banyak manfaat dalam permainan ini, sambil bermain anak belajar. Ketika ia senang maka sistem limbiknya akan terbuka, konsep matematikanya akan terbangun. Pembangunan konsep ini sangat penting, karena matematika dan ilmu sosial bukanlah sekedar hafalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar