Tulisan ini adalah hasil perenungan Surat Al Mulk Ayat 2 yang dikaitkan dengan pendidikan
Kematian adalah keniscayaan. Kita mati sebelum dihidupkan. Dan kita akan mati lagi entah kapan. Hidup didunia adalah sebuah persinggahan. Dunia tidaklah kekal. Ia hanyalah sementara. Lalu untuk apakah kita hidup didunia ? Bicara tentang dunia, rasanya 24 jam tidak pernah terasa cukup. Sudahkah kita memahami eksistensi mengapa kita diciptakan ?
Allah berfirman dalam surat Al Mulk. 2 : “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Hakikat kematian dan kehidupan adalah ujian. Untuk apa ? Untuk menguji siapa yang amalnya paling baik. Amal adalah buah dari pemahaman kita.Amal dan ilmu memiliki keterkaitan yang sangat erat. Amal tanpa ilmu hanya melahirkan orang-orang taklid yang hanya jadi pengikut. Ilmu tanpa amal pun tak akan mendapatkan amal.
Maka, untuk menjalani setiap ujian, manusia sangat membutuhkan ilmu. Manusia perlu belajar. Maka tepatlah Allah memerintahkan kepada kita pada wahyu pertama yang disampaikan kepada Rasulullah SAW, “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu.”
Ilmu yang bermakna memiliki sifat dituntut, artinya mendapatkan ilmu, perlu perjuangan, perlu berkorban. “Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya, maka dia telah memperoleh keberuntungan yang banyak.” (HR Abu Dawud no. 3641 dan Tirmidzi no. 2682. Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud dan Shohih wa Dho’if Sunan Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini shohih).
Ilmu itu dicari, diambil, ditemukan bukan diberikan.
Ilmu itu dicari, diambil, ditemukan bukan diberikan.
Pendidikan yang hanya fokus pada pemberian materi mata pelajaran yang dilakukan hanya mengejar capaian ketuntasan kurikulum tanpa melahirkan rasa ingin tahu dan inisiatif untuk belajar dan mencoba, akan sulit melahirkan amal-amal terbaik. Sistem persekolahan dimana guru berfungsi hanya sebagai pentrasnfer ilmu pengetahuan akan sulit untuk melahirkan generasi yang mau tahu, mau cari ilmu.
Maka, tugas guru seharusnya adalah menumbuhkan rasa ingin tahu sehingga setiap peserta didik memiliki motivasi untuk terus mengambil ilmu. Ilmu yang bukan sekedar teori dan ujiannya adalah ujian tulisan. Namun ilmu yang menghasilkan amal terbaik dan karya terbaik.
Kesungguhan dalam belajar ditunjukkan bagaimana kisah Imam Syafi’I yang berguru kepada Imam Malik. Saat itu Imam Syafi’I tidak memiliki uang untuk membeli pena dan kertas. Beliau dan ibunya adalah orang yang sangat miskin harta, namun memiliki kesungguhan dalam belajar.
Saat menghadiri majelis ilmu Imam Malik, beliau menggunakan telunjuk kanannya sebagai pena dan tangan kirinya sebagai buku. Beliau menempelkan tangan kanannya ke lidah dan selanjutnya menuliskannya ketangan kirinya seperti beliau menulis dibuku.
Melihat hal ini Imam Malik merasa terganggu . “Lebih baik kamu pulang saja, kamu melakukan perbuatan yang sia-sia di sini,” perintah imam Malik kepada Imam Syafi’i.“Aku ke sini untuk belajar wahai Imam, aku tidak melakukan perbuatan yang sia-sia,” sanggah imam Syafi’i. “Lantas mengapa setiap aku menyampaikan pelajaran, engkau selalu mencolek lidahmu dengan telunjukmu, bukankah itu perbuatan sia-sia?” ungkap imam Malik. “Wahai Imam, aku adalah seorang anak yatim yang miskin, ibuku tidak mampu membelikanku alat tulis untuk belajar, sehingga aku tulis seluruh hadis yang kau sampaikan dengan telunjukku dan tangan kiriku ini kujadikan buku,” imam Syafi’i kembali menyanggah. Kalau begitu coba sebutkan hadits-hadits yang pernah aku sampaikan, dan Imam Syafi’I pun menyebutkan semua hadits yang pernah disampaikan oleh Imam Malik dengan lengkap dan tak ada satupun yang terlewat.
Mengapa tujuan ujian yang Allah berikan adalah untuk melihat siapa yang amalnya paling baik ? Mengapa bukan yang amalnya paling banyak ?
Kwalitas amal adalah suatu hal yang penting. Bagaimana kita menghasilkan karya terbaik ? Semua butuh kesungguhan. Dan ini yang Allah lihat. Allah mau lihat siapa yang sungguh-sungguh dan siapa yang hanya bermain-main.
Kwalitas amal adalah suatu hal yang penting. Bagaimana kita menghasilkan karya terbaik ? Semua butuh kesungguhan. Dan ini yang Allah lihat. Allah mau lihat siapa yang sungguh-sungguh dan siapa yang hanya bermain-main.
AMAL TERBAIK APA YANG SUDAH KITA LAKUKAN HARI INI ?
KARYA TERBAIK APA YANG SUDAH KITA TABUNG UNTUK BEKAL KITA DI AKHIRAT KELAK ?
Repost Tulisan Tahun 2016
Bunda Asih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar