Berbagai permasalahan bangsa yang
saat ini terjadi, tak lepas dari berbagai masalah pendidikan yang terjadi baik
di rumah maupun sekolah. Kasus kekerasan baik kepada anak atau yang dilakukan
oleh anak, narkoba, seks bebas, menjadi sebuah tamparan yang sangat keras yang
harusnya menjadikan kita semua sadar bahwa ada yang salah dalam pendidikan
kita.
Berbagai metode terus di coba,
kurikulum terus di rancang dan di perbaiki. Dimulai dari CBSA, KBK, dan saat
ini Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP memberi keluasan kepada
sekolah untuk merancang sendiri kurikulumnya. Sayangnya pemerintah masih “banci”
dalam menerapkan kebijakan yang telah di buat. Sampai saat ini pemerintah masih
bersikeras melaksanakan Ujian Nasional untuk menentukan kelulusan siswa.
Masalah ini membuat orang mencoba
mencari alternatif pendidikan lain. Banyak orang yang mulai memilih pendidikan
alternatif seperti, home schooling, sekolah komunitas, maupun sekolah alam,
yang tidak hanya memfokuskan pendidikan pada kapasitas pengetahuan saja, tapi juga
akhlak dan life skill. Bahkan fenomena sekolah alam sudah mulai menjadi tren
seperti jamur di musim hujan.
Pertanyaan yang sering disampaikan
oleh para orang tua adalah apa beda sekolah alam dengan sekolah biasa? Apakah
sekolah di sebut sekolah alam jika kelasnya di saung-saung, ataukah yang di
sebut sebagai sekolah alam jika ada area outboundnya? Apakah sekolah yang
berada di tengah kota yang lahannya terbatas harus membuat saung-saung dan area
outbound untuk di sebut sebagai sekolah alam?
Jika menilik dari kata sekolah, sekolah berasal dari kata Bahasa latin: skhole, scola, scolae atau skhola
yang memiliki arti : waktu luang atau waktu senggang, dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu
luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu bermain dan
menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam
waktu luang itu adalah mempelajari cara berhitung,
cara membaca huruf dan
mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Untuk mendampingi dalam
kegiatan scola anak-anak didampingi oleh orang ahli dan mengerti tentang psikologi anak, sehingga memberikan kesempatan
yang sebesar-besarnya kepada anak untuk menciptakan sendiri dunianya melalui berbagai pelajaran di
atas. Ki Hajar Dewantara, bapak pendidikan Indonesia, mendirikan sekolah pertama
yang dinamakan taman siswa, taman artinya tempat yang indah untuk bermain,
siswa artinya murid. (Sumber Wikipedia).Kesimpulannya, sekolah adalah
tempat bermain yang menyenangkan.
Alam sendiri
berasal dari bahasa Arab, alam berasal dari akar kata alima-ya’lamu, berarti
mengetahui. Dari akar kata ini terbentuk kata ‘alam yang artinya tanda,
petunjuk, atau bendera; dan ‘alamah yang bermakna alamat atau sesuatu yang
melalui dirinya dapat diketahui sesuatu yang lain (ma bihi ya’lamu al-syai).
Jadi sekolah
alam bisa di simpulkan sebagai tempat bermain yang menyenangkan dimana setiap
anak bisa membaca tanda-tanda alam sebagai pengetahuan yang akan di terapkan
dalam kehidupan.
Alam memberikan pembelajaran yang sangat penting kepada
kita semua. Selama ini pembelajaran tentang alam hanya terkotak pada
pembelajaran IPA atau science, padahal pembelajaran tentang ilmu sosial,
matematika, ilmu bumi dan ilmu-ilmu lain Allah hamparkan di muka bumi ini,
dengan syarat manusia mau berfikir.
Selama ini pendidikan sudah banyak dilakukan di alam,
tapi banyak yang belum oleh alam. Banyak sekolah yang hanya memindahkan ruang
kelas ke alam terbuka., tapi belum belajar dari alam.
Kita harus mampu membaca tanda-tanda ciptaan Allah
mengapa kita di takdirkan untuk belajar disebuah tempat. Misalnya, ketika di
sekitar tempat belajar kita terdapat sebuah dangau kecil dengan ikan-ikan kecil
tandanya kita bisa belajar dari dangau kecil itu, yang di pelajari apa? Misalnya
bagaimana ikan-ikan itu hidup, spesies apa yang ada di dangau itu, perkiraan
jumlahnya, bagaimana memeliharanya, kapan ikan-ikan itu boleh di panen oleh
manusia, dari mana sumber airnya, dan banyak lagi yang bisa di pelajari. Ketika
lingkungan belajar adalah lingkungan pantai dengan nelayan sebagai pekerjaan
utama yang bisa dilakukan seperti mempelajari ekosistem pantai beserta
keterkaitan makhluk di dalamnya, belajar tentang jenis karang yang ada di pantai
tersebut, belajar tentang jenis ikan, belajar membuat kapal, belajar membuat
jaring, belajar tentang kehidupan nelayan, permasalahan nelayan, manajemen
nelayan, dan lain sebagainya. Artinya seorang anak nelayan harus benar-benar
belajar dari lingkungan nelayan.
Arus urbanisasi yang sangat kuat saat ini salah satu
penyebabnya adalah, konsep kurikulum sekolah yang tidak sesuai dengan alam yang
sudah di sediakan oleh Allah. Sekolah di desa yang sebagian mata pencaharian
masyarakatnya petani, tidak mendalami ilmu pertanian. Bagaimana ekosistem di
bangun di lahan pertanian sehingga hasil panen optimal dengan tidak merusak
lingkungan. Mulok di sekolah lebih diarahkan ke industri di banding dengan
pertanian. Anak-anak petani tak lagi bangga ia menjadi anak-anak pahlawan yang
menyediakan pangan untuk manusia, anak-anak petani lebih suka dengan suasana
kota yang penuh dengan teknologi modern dan gemerlap sehingga mereka
berbondong-bondong meninggalkan desa untuk meraih impian di kota.
Sekolah seharusnya menjadi pusat perubahan, jika selama
ini pendapatan sebagai petani kecil, bagaimana sekolah bisa merancang kurikulum
agar siswa bisa menyelesaikan masalah ini. Anak seorang petani atau nelayan
harus merasa bangga karena orang tua mereka berjasa dalam pemenuhan pangan di
masyarakat dan bertekad untuk menjadi petani dan nelayan yang lebih baik dari
orang tua mereka.
Bagaimana sekolah menjadi tempat bermain yang
menyenangkan dan anak bisa menemukan banyak pengetahuan kalau sekolah terus di
jejali dengan padatnya mata pelajaran dengan sekian banyak kompetensi yang
harus di raih. Soichiro Honda pendiri
perusahaan Honda Motor yang produknya kini merajai pasar mobil-mobil mewah di
Amerika mengatakan “Sekolah terlalu banyak memberi apa yang saya tidak ingin
ketahui, tapi justru sangat sedikit memberikan apa yang sungguh-sungguh saya
ingin ketahui. Oleh karena itu saya hanya pergi kesekolah apa bila saya merasa
ingin mengetahui sesuatu yang tidak saya temukan diluar sekolah."
Jika kita
belajar dari sejarah. Kita tahu bahwa seorang newton menemukan konsep gaya
gravitasi di bawah pohon apel. Seorang Archimedes, menemukan teori saat ia
melompat di bak mandinya. Seorang Thomas Alfa Edison yang memiliki
keterlambatan belajar saat sekolah dan sampai di keluarkan dari sekolah. Ia
tetap belajar dan selalu ingin tahu dan keingin tahuannya berbuah hasil dengan
banyaknya penemuan benda-benda seperti mendeteksi pesawat terbang,
menghancurkan periskop dengan senjata mesin, mendeteksi kapal selam,
menghentikan torpedo dengan jaring, menaikkan kekuatan torpedo, kapal
kamuflase, dan masih banyak lagi.
Sekolah seharusnya menjadi tempat anak-anak melakukan
eksplorasi sehingga ia bisa menjadi penemu-penemu yang tak kalah dari Archimedes,
Newton, Thomas Alfa Edison, dan ilmuwan lainnya. Rasanya kita semua rindu
lahirnya tokoh sekaliber Jabir Ibnu Hayyam, seorang ilmuwan muslim bukan hanya
menguasai ilmu-ilmu agama, tapi lebih dari itu beliau adalah orang yang
menemukan ilmu kimia. Kita menginginkan lahir generasi yang seperti Al
Khawarism yang menemukan algoritma dan juga ahli dalam bidang geografi dan
astronomi.
Alam adalah ciptaan Allah yang luar biasa, Alam adalah
sumber ilmu pengetahuan yang merupakan bekal bagi manusia. Biarkan alam yang
memberikan pembelajaran kepada anak kita. Dan yang harus kita lakukan adalah
mengikhlaskan diri kita untuk di bawa dalam rencana Allah. “Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia
menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata
(kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah
mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak
lain hanyalah sihir yang nyata," (QS. Huud. 7)
13 Maret 2012. 23.55 WIB
Penulis : Bunda Asih (Fasilitator Sekolah Alam Tangerang)
anak Anak Nya Pintar
BalasHapus